PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
SILSILAH NABI SYU'AIB
PEMBAHASAN
SILSILAH NABI SYU'AIB
Nabi
Syu'aib hidup sekitar 1600 SM - 1500 SM) dia
adalah
seorang nabi yang diutus kepada kaumMadyan dan Aikah menurut tradisi Islam. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun
1550 SM. Namanya disebutkan sebanyak 11 kali di dalamAl-Qur'an dan ia wafat di Madyan.
Umat
muslim meyakini bahwa Syu'aib ditetapkan oleh Allah untuk menjadi seorang nabi
yang tinggal di timur Gunung Sinai kepada kaum Madyan dan Aykah. Yaitu kaum yang tinggal di pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai. Masyarakat tersebut disebut karena
terkenal perbuatan buruknya yang tidak jujur dalam timbangan dan ukuran juga
dikenal sebagai kaum kafir yang tidak mengenal Tuhan. Mereka menyembah berhala bernama al-Aykah, yaitu sebidang tanah gurun yang ditumbuhi pepohonan atau
pepohonan yang lebat.
Syu'aib
memperingatkan perbuatan mereka yang jauh dari ajaran
agama, namun kaumnya tidak menghiraukannya.
Syu'aib menceritakan pada kaumnya kisah-kisah utusan-utusan Allah terdahulu
yaitu kaum Nuh, Hud, Shaleh, dan Luth yang paling dekat dengan Madyan yang
telah dibinasakan Allah karena enggan mengikuti ajaran nabi. Namun, mereka
tetap enggan, akhirnya Allah menghancurkan kaum Madyan dengan
bencana melalui doa Syu'aib.
DAKWAH NABI SYU'AIB
Ketika
berdakwah bagi kaum Madyan, Nabi Syu'aib menerima ejekan masyarakat yang tidak
mau menerima ajarannya karena mereka enggan meninggalkan sesembahan yang
diwariskan dari nenek moyang kepada mereka. Namun, Syu'aib tetap sabar dan
lapang dada menerima cobaan tersebut. Ia tidak pernah membalas ejekan mereka
dan tetap berdakwah. Bahkan, dakwahnya semakin menggugah hati dan akal. Dalam
berdakwah kadang ia memberitahukan bahwa dia sebenarnya sedarah dengan mereka.
Hal ini memiliki tujuan agar kaumnya mau menuju jalan kebenaran. Karena itulah
ia diangkat menjadi rasul Allah yang diutus bagi kaumnya sendiri. Nabi Syu'aib yang saat itu
memiliki beberapa pengikut, mulai mendapat ejekan kasar dari kaum lain. Bahkan
ada yang menganggapnya sebagai penyihir dan pesulap ulung.
KORUPSI DAN KEHANCURAN UMMAT NABI SYUAIB
Kemungkaran, kemaksiatan dan tipu menipu dalam pengaulan
merupakan perbuatan dan perilaku yang lumrah dan rutin. Kecurangan dan
perkhianatan dalam hubungan dagang seperti pemalsuan barang, kecurian dalam
takaran dan timbangan menjadi ciri yang sudah sebati dengan diri mereka.
Para pedagang dan petani kecil selalu menjadi korban
permainan para pedagang-pedagang besar dan para pemilik modal, sehingga dengan
demikian yang kaya makin bertambah kekayaannya, sedangkan yang lemah semakin
merosot modalnya dan semakin melarat hidupnya.
Korupsi melalui pengurangan timbangan sudah menjadi
kebiasaan pedagang kaum Madyan. Nabi Syuaib a.s. diutus Allah Swt kepada mereka
agar meninggalkan perbuatan-perbuatan dan kelakukan-kelakuan yang dilarang oleh
Allah serta membawa kerugian bagi sesama manusia serta mengakibat kerusakan dan
kebinasaan masyarakat. Mereka diajak agar berlaku adil dan jujur terhadap diri
sendiri dan terutama terhadap orang lain, meninggalkan korupsi, kolusi dan
khianat dan kezaliman serta perbuatan curang dalam hubungan dagang, perampasan
hak milik seseorang dan penindasan terhadap orang-orang yang lemah dan miskin.
Mereka menolak kebenaran yang dibawa oleh Nabi Syuaib,
namun menolaknya, bahkan mereka menganggapnya sebagai penyihir dan pesulap
ulung. Nabi Syu'aib mengerti bahwa kaumnya telah ditutup hatinya. Ia berdoa kepada
Allah agar diturunkan azab pada kaum Madyan. Allah mengabulkan doa Syu'aib dan
menimpakan azab melalui beberapa tahap.
Kaum Madyan pada awalnya diberi siksa Allah melalui udara
panas yang membakar kulit dan membuat dahaga. Saat itu, pohon dan bangunan
tidak cukup untuk tempat berteduh mereka. Namun, Allah memberikan gumpalan awan
gelap untuk kaum Madyan. Kaum Madyan pun menghampiri awan itu untuk berteduh
sehingga mereka berdesak-desakan dibawah awan itu. Hingga semua penduduk
terkumpul, Allah menurunkan petir dengan suaranya yang keras di atas mereka.
Saat itu juga Allah menimpakan gempa bumi bagi mereka, menghancurkan kota dan
kaum Madyan.
B. SISTEM
KAPITALISME PADA ZAMAN NABI SYU’AIB
. Kalau kita membuka kembali cerita sejarah zaman para Nabi, kita akan
menemukan sebuah kemiripan kisah kapitalisme .kapitalisme yaituKapitalisme adalah sebuah sistem perekonomian yang memberikan
kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan perekonomian.
Seperti memproduksi barang, menjual barang, menyalurkan barang. Dalam
perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya
sendiri sesuai dengan kemampuannya.. Lebih tepatnya pada zaman Nabi
Syu’aib. Al Qur’an telah merekam kisahnya dengan baik dan penuh pelajaran untuk
kita semua tentang bobroknya sistem kapitalisme ini. Memang kisah kapitalisme
zaman Nabi Syu’aib tidak serumit zaman sekarang. Dahulu belum mengenal sistem
keuangan internasional, juga belum ada lembaga pendonor seperti IMF, World Bank
atau ADB yang terus menyebar ranjau utangnya ke negara-negara berkembang. Akan
tetapi secara substansi nilai sosial yang terjadi tidak berbeda.
Kecurangan dalam takaran dan timbangan
Nabi Syu’aib menyeru akan sebuah kesalahan sistem sosial yang terjadi
dengan kaumnya, Madyan. Ya, negeri itu memang memiliki tingkat perekonomian
yang tinggi. Kota ini terkenal dengan iklim perdagangannya yang sudah mapan.
Namun ada satu hal yang membuat ganjal dan menjadi perhatian penuh bagi Nabi
Syu’aib. Ialah kecurangan para pedagang kota itu yang mengakibatkan sistem ekonomi
yang tercipta tidak sehat. Al Qur’an kembali menegaskan kelalaian penduduk
Madyan yang notabene telah Allah SWT beri karunia lebih. Kesejahteraan yang
tercipta di kota itu bukanlah melalui jalan yang benar. Allah tidak meridhai
kebiasaan para pedagang Madyan, sehingga diutuslah Nabi Syu’aib. Dalam
Firman-Nya:
Dan kepada (penduduk) Madyan
(Kami utus) saudara mereka, Syu’aib. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah
Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran
dan timbangan, Sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan baik (makmur). Dan
sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab pada hari yang membinasakan (kiamat).” (QS. Hud: 84)
Bagaimana bisa kita menganggap tindakan kaum Madyan yang mengurangi
takaran dan timbangan sebagai sebuah tindakan kapitalis? Memang dari segi wujud
memang kita tidak menemukan kesamaan definisi kapitalisme itu sendiri. Toh
sampai sekarang tindakan mengurangi berat timbangan masih marak dilakukan orang
dan itu bukan bentuk kapitalisme sesungguhnya yang saat ini tersistematis.
Namun jika kita analisis lebih dalam lagi bahwa hal kecil yang sudah terjadi
pada zaman Nabi Syu’aib ini menjadi bibit tumbuhnya konsep kapitalisme modern.
Negeri makmur yang tidak berdiri pada asas keadilan. Itulah titik poin kesamaan
dari apa yang terjadi pada kota Madyan dengan konsep kapitalisme modern. Bibit
itu sudah muncul sejak dahulu, dan Allah telah memperingatkan mereka melalui
Nabi Syu’aib.
Takaran dan timbangan bisa mengacu pada dua hal berikut; perbuatan dan
alat produksi. Takaran merupakan buah dari perilaku seorang pedagang. Sedangkan
timbangan bisa kita arahkan kepada alat produksi. Dan kedua hal ini sangat
bergantung pada pedagangnya. Ketika motivasi utama yang dipegang oleh para
pelakunya hanyalah keuntungan semata, maka tidak mustahil peluang kecurangan
itu hadir dan terwujudkan. Asas keadilan dan kebenaran diabaikan demi
kepentingan individu. Inilah yang mengilhami Adam Smith (1723-1790) dengan
teorinya “setiap individu secara terus-menerus senantiasa mencari pekerjaan
yang paling menguntungkan dirinya.” Teori tersebut melupakan unsur moralitas
bahwa kehidupan bersosial juga perlu memperhatikan asas keadilan, meskipun
memang kenyataannya kemampuan tiap individu berbeda-beda.
Kembali kepada pedagang Madyan yang terus memelihara sifat tamaknya akan
materi sehingga membutakan mata hati mereka akan jalan kebenaran. Bibit
kapitalisme yang terus tumbuh dalam diri mereka membuat Allah semakin murka.
Ditambah dengan dicampakkannya seruan utusan-Nya seperti yang diterangkan dalam
Al Qur’an.
Mereka berkata: “Hai Syu’aib!
Apakah agamamu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek
moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami
kehendaki? Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan
pandai.” (QS Hud: 87)
Seruan kebenaran ditolaknya. Sistem kapitalisme yang telah membuat kaum
Madyan lalai akan agama Allah, tenggelam dalam kenikmatan duniawi. Sehingga tak
pelak Allah kemudian mendatangkan azab bagi mereka. Seperti yang tercantum
dalam Al Qur’an.
“Mereka mendustakannya
(Syu’aib), maka mereka ditimpa gempa yang dahsyat, lalu jadilah mereka
mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.” (QS. Al Ankabut: 37)
Begitulah akhir kisah tragis penduduk yang memuja
sistem ekonomi kapitalisme. Perdagangan yang tidak dilandaskan pada asas
kejujuran dan keadilan telah membuat orang-orang terjerumus ke lembah hitam
azab Allah SWT. Dan semoga bangsa Indonesia bisa belajar dari kisah ini
bagaimana menciptakan iklim perekonomian yang sehat, yang telah diatur di dalam
agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar